INFOCHANNEL.ID, MAKASSAR — Setelah sukses mengembangkan drone penebar benih, Universitas Hasanuddin (Unhas) kini berencana meneliti dan menciptakan drone persenjataan. Langkah ini dilatarbelakangi oleh tren penggunaan drone dalam berbagai konflik global.
Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa, menegaskan pentingnya kemandirian bangsa dalam teknologi militer. Ia menilai, Indonesia tidak seharusnya bergantung pada impor alat pertahanan, termasuk drone tempur.
“Perang di berbagai belahan dunia kini banyak menggunakan drone. Masa kita harus impor dari negara lain? Bisa saja perangkatnya disusupi chip yang membahayakan,” ujar Prof. Jamaluddin Jompa, Minggu (2/11) kemarin, usai soft launching dan test drive Engi-Move Unhas.
Menurutnya, penguasaan teknologi pertahanan merupakan langkah penting agar Indonesia tidak mudah dilemahkan.
“Kita harus membekali diri dengan kemampuan persenjataan sendiri. Jangan sampai hanya bisa bersembunyi saat negara lain punya senjata lebih canggih,” ucapnya.
Saat ini, sejumlah industri dalam negeri telah berhasil mengembangkan drone militer. Di antaranya Minibe buatan PT Pindad dengan jangkauan terbang 25 kilometer dan kecepatan 250 km/jam, serta mampu membawa muatan peledak hingga 0,8 kilogram.
Selain itu, PT SAS Aero Sishan bekerja sama dengan TNI AD juga memproduksi drone kamikaze K161 dan K150 yang dapat membawa hulu ledak hingga 3 kilogram.
Sementara Lapan mengembangkan LSU03 Next Generation dengan jangkauan hingga 600 kilometer dan kapasitas muatan 24 kilogram.
Upaya Unhas mengembangkan drone tempur diharapkan dapat memperkuat ekosistem riset teknologi pertahanan nasional dan mendorong kemandirian industri militer Indonesia.
